Ikan mas laleutik (kecil-kecil) ini ternyata memiliki pasar yang prospektif. Tak pernah ada kata rugi dalam membudidayakannya. Russanti Lubis
Ada gula, ada semut. Begitulah gambaran bisnis ikan mas balita yang dijalankan Rosyid Dahlan, mantan Account Officer Bank Rakyat Indonesia cabang Cianjur, Jawa Barat. Dikatakan begitu, semula ikan mas balita cuma dibudidayakan, di Cianjur khususnya, secara sambil lalu. Mendadak, boleh dikata begitu, dibudidayakan secara intensif. Hal ini, ternyata dipicu oleh banyaknya permintaan dari kalangan berduit di Jakarta.
“Orang-orang Jakarta kalangan atas justru lebih menyukai ikan mas balita dibandingkan ikan mas dengan ukuran pada umumnya. Dengan digoreng garing, ikan-ikan seukuran jari tangan orang dewasa ini, akan terasa renyah dan gurih saat dimakan. Bahkan, beberapa orang menjadikannya sebagai teman minum teh atau kopi,” jelasnya. Sekadar informasi, ikan mas balita ini, karena ukurannya yang mungil, hanya dapat dikonsumsi dengan cara digoreng.
Apa sih ikan mas balita? “Ikan mas balita merupakan nama dagang yang diberikan oleh sebuah perusahaan katering di Bogor, terhadap ikan mas yang saat dipanen baru berumur sebulan. Sebenarnya, istilah ini mengacu kepada ikan-ikan tersebut setelah mereka diolah atau digoreng. Produsen lain mengistilahkannya ikan laleutik (Sunda: ikan kecil-kecil, red.), ikan baby, dan sebagainya. Sedangkan dalam pembudidayaan ikan mas, ia diistilahkan putihan,” katanya. Sekadar informasi, dalam pembudidayaan ikan yang berwarna kuning keemasan ini, terdapat tiga tahapan yang harus dilalui, yang dimulai dari penetasan dan diakhiri dengan pemanenan. Ketiga tahapan itu diistilahkan burayak, gabar, dan putihan. “Serah, itu istilah Cianjurnya,” imbuhnya.
Dari segi bisnis, Rosyid melanjutkan, mengembangbiakkan ikan mas balita lebih berisiko dibandingkan membudidayakan ikan mas dalam ukuran normal, yang jelas-jelas lebih menguntungkan. Tapi, bila petani ikan mas tidak mempunyai lahan yang cukup besar, budidaya ikan mas balita tentu saja lebih prospektif, apalagi untuk kondisi saat ini. “Untuk membesarkan ikan mas hingga seberat ¼ kg saja, dibutuhkan lahan yang sangat besar. Jadi, bayangkan berapa luas empang yang harus kita miliki, jika kita menebar satu liter benih ikan mas, padahal dalam satu liter itu terdapat 2.000 benih,” ujarnya. Sekadar informasi, satu liter benih ikan mas dijual dengan harga Rp50 ribu.
Budidaya ikan mas balita, khususnya, juga sangat tergantung pada kondisi lokasi pembudidayaan. “Ikan mas balita bagus dikembangbiakkan di daerah yang memiliki kondisi alam dan cuaca seperti Cianjur, misalnya di Ciganjur atau Depok,” katanya. Di samping itu, sebelum budidaya dilakukan, kita juga harus memiliki empang yang benar-benar terpelihara. “Caranya, keringkan empang terlebih dulu selama minimal lima hari. Setelah itu, kawinkan ikan mas betina dengan pejantan dalam empang tersebut. Usai perkawinan, di hari yang sama, ikan mas betina akan bertelur. Tiga hari kemudian, telur-telur ini akan menetas. 12 hari berikutnya, ikan-ikan ini sudah dapat dipanen dan dijual. Jadi total waktu yang dibutuhkan dalam budidaya ini hanya 20 hari,” ungkapnya. Usai dipanen, empang harus dibersihkan lagi. Jika kurang subur, bisa diberi pupuk.
Dari setiap liter benih yang ditebarkankan dihasilkan 30 kg ikan mas balita. Tapi, hasilnya tidak selalu sebesar itu karena banyak faktor, misalnya penyakit, benih dimakan binatang lain, air yang terkena polusi, atau cuaca yang kurang mendukung. “Musim kemarau bagus untuk mengembangbiakkan ikan, sedangkan musim penghujan akan menghambat pertumbuhan ikan,” jelas pria yang mulai serius berbisnis budidaya ikan sejak tahun 2000 ini. Di sisi lain, ikan mas balita juga dapat dibudidayakan di sawah (minapadi, red.). Tapi, karena dilakukan secara tradisional atau alakadarnya dan disambi menunggu benih padi siap tanam, maka hanya akan dihasilkan 20 kg untuk setiap satu liter benih yang ditebarkan.
Dalam pemasarannya, di tingkat petani, ikan-ikan imut ini dijual dengan harga Rp16 ribu hingga Rp17 ribu per kilogram, maksimal Rp20 ribu/kg. Sedangkan setiap kilonya berisi sekitar 200 ekor. “Saya panen sebulan sekali sebanyak 50 kg, sedangkan setiap minggu saya harus memasok 4 kuintal ke sebuah perusahaan katering di Bogor, sehingga saya harus mengumpulkan sisanya ke para petani ikan balita setempat. Bahkan jika bulan puasa tiba, saya harus memasok sekitar 3 kuintal per tiga kali seminggu,” kata pemilik sembilan empang dengan total luas hampir 2 ha, yang tersebar di Kampung Kopo, Kampung Joglo, dan Kampung Bojongrenget, yang semuanya terletak di Cianjur. Setelah diolah (digoreng dan dikemas, red.), ikan-ikan ini dijual ke konsumen dengan harga Rp55 ribu per ¼ kg.
“Bisnis (budidaya) ikan itu tidak merugikan. Bahkan, kadangkala mendatangkan untung besar, meski tak jarang hanya untung kecil yang bisa diraup, tapi tidak pernah merugi, sepanjang sudah memiliki atau mengetahui pasarnya,” ucap Rosyid. Anda tertarik? Silahkan lihat boks.
Analisa Usaha Ikan Mas Balita (dalam 1 periode)
Jika Anda berminat berbisnis ikan mas balita, tapi Anda tidak mau direpotkan dengan segala tata aturan pembudidayaannya atau luas lahan Anda terbatas, maka sebaiknya Anda cukup membeli benihnya saja.
Investasi
Benih 2 lt @ Rp50.000,-/lt Rp 100.000,-
Biaya Produksi
Pakan 1 kuintal @ Rp4.000,-/kg Rp 400.000,-
1 tenaga kerja Rp 100.000,- +
Total Rp 600.000,-
Hasil Penjualan (tingkat petani)
60 kg @ Rp20.000,-/kg Rp1.200.000,- -
Laba Kotor Rp 600.000,-
Catatan:
Risiko kematian 15% hingga 20%.
Pembudidayaan ini dilakukan di dalam kolam seluas 1.000 m².
Laba kotor ini merupakan hasil panen ikan mas balita hanya dalam satu kolam. Dengan demikian, semakin banyak kolam yang dimiliki, semakin banyak laba yang diraup.
sumber :www.majalahpengusaha.com
0 comments:
Posting Komentar