Sabtu, 25 Oktober 2008

Strategi Menulis Buku Best Seller

Sukatna,Menulis buku bukan semata-mata aktivitas intelektual, tetapi juga aktivitas bisnis. Bagaimana strategi menulis buku best seller?  



Hampir sepanjang waktunya terkuras untuk berkomunikasi dalam bahasa bisnis sistem dan logic programming. Maklum saja Leman adalah seorang pengusaha dan konsultan Teknologi Informasi. Namun justru bukan dari dunia TI namanya melambung, melainkan dari dunia tulis menulis, sesuatu yang berada di luar profesi awalnya. Bukunya 50 Chinese Wisdoms dan The Best of Chinese Saying terbitan Gramedia Pustaka Utama menempati posisi lima besar menurut laporan Koran Tempo per 31 Desember 2007.



Rahasianya? “Seorang penulis harus mempunyai naluri bisnis, bisa melihat dan memanfaatkan peluang. Jangan menulis hanya sekadar hobi atau mengisi waktu. Tetapi coba jadikan menulis itu sebagai peluang bisnis, visi bisnisnya dikedepankan (tanpa mengabaikan aspek lainnya). Dengan demikian, ia bisa mendorong orang memanfaatkan strategi-strategi yang bisa menjadikan buku-buku tersebut berhasil,” ungkap bapak tiga anak ini.



Lebih lanjut Leman menuturkan, dalam menulis buku dirinya menggunakan strategi yǐ yì dài láo (Dengan sabar menunggu musuh kelelahan). Inti strategi ini, jelas Leman, menekankan pentingnya menjadi pelopor pasar, memasuki dan menciptakan pasar baru dengan memanfaatkan momentum yang tepat, tidak boleh terlalu cepat atau terlalu lambat untuk memenangkan kompetisi. “Saya memanfaatkan momentun di mana banyak masyarakat yang haus akan ‘Chinese Wisdoms,’ karena selama tiga dasawarsa ini, kebebasan untuk mempelajari salah satu bahasa dilarang oleh pemerintahan Orde Baru.”



Selain itu, Leman mengadobsi strategi měi rén jì (Siasat memanfaatkan kecantikan wanita). Penjabarannya, imbuh Leman, pelanggan mempunyai kebutuhan atau keinginan selain kualitas, oleh sebab itu seseorang harus bisa menggunakan ‘kecantikan’ untuk menggodanya. Jika mereka ‘tergoda’ atau tertarik dengan penampilan tersebut Anda telah berhasil. “Buku-buku saya desain sedemikian rupa agar nuansa Tiongkoknya begitu kental dan menarik. Banyak testimoni dari pembaca mengatakan mereka jatuh cinta pada pandangan pertama. Sebenarnya penjelasan dari strategi ini mei ren ji sangat luas, dan saya jelaskan dengan detail dalam buku The Best of Chinese Strategies,” ujarnya tanpa bermaksud jumawa.



Jurus lain adalah shù shàng kāi huā (Menempatkan bunga palsu di pohon). Dijelaskan Leman, inti dari strategi ini ialah bagaimana menampilkan sesuatu menjadi tampak luar biasa, eksklusif, canggih, gagah, kokoh, menarik ( walaupun mungkin produknya ”biasa-biasa saja”). Yang dipoles bisa dari segi produk, kemasan, suasana (misalnya ruangan perkantoran, restoran), status dan sebagainya. ”Saya berhasil menggunakan judul-judul yang menarik, terlihat canggih, menarik dan dashyat zeperti ”The Best of.....,” katanya membuka rahasia.



Strategi lainnya adalah àn dù chén cāng (Menuju Chen Cang melalui jalur tersembunyi).

Inti dari strategi itu adalah dengan mengfokuskan calon pelanggan (lead) pada satu titik tertentu. Setelah mereka mengkonsentrasikan diri di sana, Anda menggunakan jalur yang”tersembunyi” untuk memperkenalkan atau menjual produk.



“Implementasi dari strategi ini dapat dilakukan dengan mengundang para pelanggan atau calon pelanggan datang ke suatu event; seperti talkshow, pameran dan sebagainya (ini adalah suatu tindakan yang terbuka), dan mempromosikan produk (ini dilakukan secara terselubung). Dalam marketing, dikenal dengan istilah promosi below the line,” pungkas pria yang pendidikan formalnya tidak pernah terkait dengan profesi tulis menulis ini.

0 comments: